Objek wisata alam yang berada di Kabupaten Bogor, Curug Luhur, menjadi salah satu tujuan rekreasi warga Bogor maupun wilayah sekitarnya, seperti Jakarta. Debit air yang tidak pernah surut serta udara yang segar menjadi nilai tambah bagi curug yang berlokasi di Desa Gunung Malang, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Selain keindahan alam, Curug Luhur juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti kamar mandi, toilet dan deretan kios yang menjajakan makanan, seperti mie instant, jagung bakar, hingga ayam goreng. Bahkan tak jarang, pengunjung dapat menyantap makanan di dalam kolam.
Di balik keindahannya, Curug Luhur kini tak ubahnya seperti pembuangan sampah.
banyak pemilik kios makanan yang berada di area tersebut yang mengabaikan keindahan dan kebersihan dengan membuang sampah tidak pada tempatnya. Selain pedagang dalam area, sebagian pengunjung juga membuang sisa makanannya, seperti wadah streofoam mie instan, bonggol jagung, hingga kantung plastik dibuang ke tebing, tempat arus air dari curug.
Tidak hanya itu, terdapat pula cerita memilukan yang dialami salah satu pengunjung bernama Purnama Wijaya. Lewat akun Facebook miliknya, Minggu (19/7), Purnama menceritakan bagaimana ia mendapatkan perlakuan buruk dari pengelola Curug Luhur.
Purnama dan kakaknya mengalami kekerasan seperti pemukulan karena menolak membayar uang retribusi dari pengelola. Padahal Purnama dan keluarganya belum sempat memasuki area Curug Luhur, baru sebatas tempat parkir. Bahkan warga negara asing asal Tunisia yang dikenal sebagai Mister Munir sebagai pengelola memaksa Purnama untuk membayar Rp 1 juta.
Salah seorang petugas parkir di Curug Luhur membantah adanya unsur pemaksaan dalam lokasi wisata tersebut. Dia juga menolak jika Curug Luhur dijaga oleh preman."Enggak ada itu pemukulan-pemukulan. Di sini juga enggak ada itu preman. Yang jaga di sini kan orang sini semua," ujar pria yang enggan menyebutkan namanya tersebut, saat ditemui merdeka.com, Jumat (24/7).
Ketua RW setempat, Marhusen juga mengaku belum mendapat laporan adanya tindakan kekerasan seperti yang dituliskan Purnama di media sosialnya. Marhusen mengatakan, jika ada unsur penganiayaan, dirinya pasti tahu, karena sebagian besar pegawai di lingkungan Curug Luhur merupakan warganya.
Marhusen menjelaskan jika Mister Munir mulai mengelola lokasi Curug Luhur sejak 1998, setelah sebelumnya dikelola oleh Kus Mulyono.
"Curug Luhur itu sudah dikelola sejak awal 80'an. Baru pada sekitar 1998, atau pas moneter, dikelola sama Mister Munir," ujar Marhusen saat ditemui di rumahnya.
Lanjut dia, "Kalau ada kejadian yang seperti dilaporkan itu, bapak pasti tahu. Ini mah benar, enggak ada laporan. Lagian bapak mah juga sudah enggak pernah ngurus curug itu lagi pas pengelolanya dipegang orang asing," ujar Marhusen.
Diketahui, untuk bisa masuk ke dalam objek wisata Curug Luhur, pengelola mematok karcis masuk sebesar Rp 40 ribu. Selain bisa menikmati segarnya air curug, pengunjung juga dapat berenang di kolam yang juga disediakan spiral.

0 comments :
Post a Comment